PT. DATARAN SEKO PERKASA ( PT. D S P )

Minggu, 12 September 2010

INVESTASI DUNIA TAMBANG BATUBARA INDONESIA


Oleh : SAMSURIADI

Syamsuriadi Ramang
President Direktor
PT.DSP MASAMBA
KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH

Batubara merupakan bahan mineral yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Indonesia dianugrahi kekayaan cadangan batubara yang besar untuk memenuhi permintaan eksport dan domestik untuk beberapa abad. Sehubungan dengan peraturan diversifikasi sumber energi untuk mengantisipasi berkurangnya cadangan sumber minyak dan gas bumi

Usaha yang dilakukan untuk mencari deposit batubara telah dihasilkan penemuan besar asset yang terbagi dibeberapa area yang luas. Hal itu juga demikian juga pertumbuhan eksport yang tumbuh cepat dari produksi dan penggunaan domestic, demikian juga pertumbuhan eksport yang tumbuh cepat dalam jumlah besar. Aset batu bara Indonesia sekarang diperkirakan sekitar 36 Milyard ton terdiri atas 67 % di sumatera, 32 % di Kalimantan dan sisanya di Irian Jaya, Jawa dan Sulawesi. Dari total sumber, hanya 4,8 milyar ton dikategorikan cadangan terukur, sedangkan sisanya cadangan terkira dan cadangan terduga.

Ada 3 perbedaan prinsip dari peraturan nasional tentang batubara yaitu intensifikasi,diversifikasi dan konservasi.
-          Intensifikasi dalam pengembangan pengetahuan berarti untuk melanjutkan menginventarisir batubara dalam rangka menambah pengetahuan tentang potensi sumber dalam kwantitas dan kualitas.
-          Diversifikasi diketahui sebagai pemamfaatan dari batubara dalam berbagai jalan untuk memenuhi permintaan energi dan mendukung peraturan eksport komoditi non minyak disamping industri local.
-          Konservasi berarti untuk mendukung optimalisasi batubara jangka panjang.

PROSPEK PEMASARAN
Kualitas dari cadangan batubara yang ada di kalimantan mempunyai kesamaan dengan spesifikasi batubara yang sudah ditambang oleh berbagai produsen di Indonesia termasuk produsen di Sungai mahakam Kalimantan Timur dan produsen besar di Kalimantan selatan dan Sumatra. Batubara ini telah dibuktikan cocok untuk pasar domestic dan eksport. Batubara yang dieksport oleh  produsen–produsen ini sudah dipakai untuk pembangkit listrik dan industri umum Negara – Negara importir di Asia Utara seperti di Jepang, Taiwan dan Hongkong, disamping pasar yang sedang berkembang dimalaysia, Thailand  dan Filipina. Pasar domestic juga demikian, selain perkembangan konsumsi dari batubara untuk pembangkit listrik, industri semen dan industri lainya merupakan pangsa pasar untuk produsen batubara.


PROSPEK PEMASARAN DALAM NEGERI
Indonesia dikenal bersama dengan Australia, china dan India sebagai produsen batubara yang besar di Asia Pasifik dan saat ini sebagai exporter terbesar no.3 untuk batubara bagi pembangkit listrik (thermal coal).

Tahun 2002 Indonesia memproduksi hamper 100 juta ton thermal coal dimana 60 % dieksport dan 40 % dikonsumsi domestik. Indonesia mewakili produsen penting dalam penyediaan batubara untuk pasar Asia. Pengaruh dari peningkatan konsumsi domestik di Indonesia akan dimulai menurunkan secara perlahan intensitas dari eksport batubara kekonsumen Asia yang meskipun Indonesia akan terus menyumbangkan pertumbuhan dalam  produksi batubara bersama – sama dengan Australia sebagai supplier utama thermal coal dalam satu wilayah regional.

Indonesia dikenal sebagai salah satu pengembang proyek listrik swasta (PLS) melaui skema Buildown dan Operate (BBO) yang dikenalkan tahun 1990 untuk mengatasi ketimpangan dan kelangkaan listrik dan mendukung industrialisasi yang sedang berjalan. Hal itu juga mempertimbangkan diversifikasi bahan bakar dari diesel ke batubara dan gas, akan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi domestik untuk sumber energi yang lebih besar.

Tahun 1998 pengembangan program PLS dihentikan karena krisis ekonomi dan banyak proyek PLS yang sudah disetujui ditunda pelaksanaanya yang mengakibatkan kelangkaan dari pemasiok listrik.

Tahun 2000 – 2001, PLN menetapkan untuk mengevaluasi kembali program proyek PLS dan memutuskan untuk melanjutkan beberapa proyek IPP yang tertunda. Tambahan permintaan batubara domestic akan lebih banyak untuk memenuhi permintaan dari pembangkit listrik sawasta dan pembangkit listrik yang sudah dimiliki PLN.

Disamping itu untuk permintaan produksi listrik berbahan bakar batubara, industri semen, industri kertas (pulp) dan industri umum lain telah menambah pemamfataan dari batubara secara dramatis sepuluh tahun terakhir dan penigngkatan konsumsi akan berlanjut dengan konversi dari system pembakaran yang ada dalam industri semen, kertas (pulp), tekstil dan industri lainya. Indocement dan Semen cibinong sebagai produsen semen terbesar telah banyak mengganti system pemanas mereka (furnace) menjadi bahan bakar batubara dalam 2 tahun terakhir yang mengakibatkan peningkatan dalam permintaan order batubara 2 hingga 3 juta ton pertahun.

Konsumsi batubara domestic pada tahun 1993/1994 adalah 9,4 juta ton diperkirakan akan bertambah menjadi 50.0 juta ton tahun 2003/2004, peningkatan sekitar 500 % hanya dapat dipenuhi oleh pengembangan dari tambang yang ada sekarang.


PROSPEK PEMASARAN LUAR NEGERI

JEPANG
Import bahan bakar batubara untuk listrik dan industri telah meningkat secara progresif dari 37.9 juta ton pertahun 1995. Diperkirakan kebutuhan total batubara tersebut akan meningkat kurang lebih 75.0 juta ton tahun 2002. Pertengahan tahun 1996 jepang mengimpor 25.5 juta ton batubara jenis ini, mengindikasikan adanya peningkatan import selanjutnya

Lebih dari 50 % kebutuhan batubara tersebut diimpor dari Australia dan Indonesia yang jumlahnya terus bertambah dari tahun ketahun. Tambahan sumber batubara yang telah tercatat untuk peningkatan pasokan kejepang adalah Afrika Selatan, China, Canada dan USA melalui pelabuhan Los Angles. Fasilitas pelabuhan bongkar-muat dijepang tersedia untuk jenis kapal panamax dan capesize, namun pengembangan pelabuhan baru sangat terbatas karena masalah pendanaan. Pelabuhan yang sedang dalam taraf pembangunan atau perencanaan adalah pelabuhan baru untuk jenis Kapal Panamax di Tachibana (kedalaman 12,72 meter) untuk melayani EPDC dan shikoku power yang selesai tahun 2000 dan Hitachi-Naka, pelabuhan untuk jenis kapal capasize kecil untuk Tokyo power yang direncanakan untuk beroperasi pada tahun 2002.

Harga jual batubara dijepang tergantung dari penawaran/negosiasi pertahun dimana ditetapkan standard berdasarkan harga patokan bersama Australia – Jepang. Pada tahun fisikal jepang 1997 harga batubara untuk pembangkit listrik kejepang adalah US$ 38.30 /metric ton untuk kalori 6700 kcal/kg (ad) produk batubara Australia. Harga ini mengalami penurunan pada tahun 1996. hal ini dipengaruhi oleh beberapa pembelian oleh konsumen jepang dalam jumlah yang kecil untuk pembukaan tender dengan menetapkan  indicator pasar yang lebih rendah dari penetapan harga standar sebelumnya. Beberapa produsen dari Indonesia terkena pinalti oleh penetapan harga batubara dipasar jepang. Hal ini berpengaruh lebih kecil diindonesia dibandingkan dengan Australia, tetapi harga yang ditetapkan digunakan sebagai alat control oleh konsumen jepang untuk menetapkan kontrak dengan produsen Indonesia agar lebih rendah dari harga standar. Harga ini dijepang diadaptasi oleh konsumen asia lain sebagai mekanisme untuk benegosiasi agar kontrak lebih rendah.

KOREA SELATAN
Tahun 1993,  Korea Selatan mengkonsumsi 17,0 juta ton batubara untuk pembangkit listrik, meningkat menjadi 25,2 juta ton tahun 1995 Australia dan china sebagai pemasok utama dan batubara dari Indonesia. Menurut Korea Energi Ekonomis Institute bulan May 1996, permintaan batubara untuk  pembangkit listrik dan industri akan meningkat menjadi 41,2 juta ton pada tahun 200 dimana 33,0 juta ton akan dikonsumsi oleh industri listrik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan substansi lebih dari 12,4 juta ton dikonsumsi oleh industri listrik di tahun 1994 dan sehubungan dengan perencanaan pembangunan dari penambahan pembangkit listrik berbahan baku batubara dari 4.476 MW tahun 1994 menjadi 9.578 MW tahun 2000. Dalam 11 bulan pertama tahun  1996 total 17,252 juta ton diimpor oleh Korea Electric Corporation (Kepco) dibandingkan dengan 14,805 juta ton selama periode yang sama pada tahun 1995. Sebuah peningkatan penting untuk impor tahun 1996 menjadi 18,9 juta ton.
         
Lima Unit pembangkit tenaga listrik dijadwalkan untuk mulai beroperasi tahun 1997 dengan total kapasitas produksi 2.500 MW. 500 MW pertama oleh unit Tean No. 3 yang dimulai bulan Maret 1997 diikuti oleh unit Hadong (500 MW) dan unit Samchonpo      (500 MW). Selanjutnya 6 unit pembangkit listrik dengan total kapasisitas produksi 2000 MW dibangun dan beroperasi tahun 1998.  pemeintah Korea Selatan  mengharapkan impor dari batubara berkadar sulfur rendah untuk melayani pemerintaan yang bertambah dan memberlakukan pajak atas sulfur di akhir tahun 1996 dan berlaku untuk semua jenis batubara dengan level kadar sulfur di atas 0,3%.
           
Korea Selatan telah menetapkan melalui Departemen perdagangan, Industri dan Energi untuk mengembangkan program listrik swasta menjadi 6.250 MW untuk pembangunan periode 2001 dan 2002.  Power purchase Agreements (ppa) akan dinegosiasikan antara kandidat program listrik swasta dan KEPCO untuk periode kontrak 25 tahun. Pengembangan pembankit listrik tenaga uap di masa depan akan disesuaikan untuk fasilitas pelabuhan bongkar muat dan dapat menerima sampai kapal seukuran capasize.

TAIWAN
Kapasitas pembangkit listrik di Taiwan secara total mendekati 23.000 MW dimana 6.450 MW adalah dari batubara. Dengan pertumbuhan GDP +/- 8.0 % dan permintaan energi meningkat sampai 4%, Taipower mengharapkan kapasitas terpasang meningkat hingga 38.000 MW di tahun 2002.  Produksi kapasitas yang baru sebesar 7.260 MW ditawarkan ke swasta tahun 1995 untuk beroperasi antara 1998-2002. Tujuh unit proyek telah terpilih untuk pembangkit jenis batubara berkapasits 3.600 MW. Tender selanjutnya untuk program cepat telah menghasilkan penambahan 550 MW pembangkit jenis batubara  IPP dan dimulai pada tahun 1998.  Antara 2002 dan 2007 akan lebih banyak proyek IPP yang direncanakan.
          
Di tahun  1993 Taiwan mengimpor  24,9 juta ton batubara untuk listrik dan industri dan meningkat menjadi 29,2 juta ton di tahun 1995. Sekitar 65 % batubara jenis ini yang sekarang dikomsumsi  oleh industri listrik Taiwan. Dengan pembangkit yang baru dibawa pengembangan Taipower dan sektor swasta, diharapkan adanya penambahan 18.4 juta ton batubara pertahun yang akan diperlukan pada tahun 2002. Kebijakan import yang ditetapkan akan diperbaharui untuk memenuhi persyaratan peningkatan impor yang kebanyakan Australia, Indonesia dan Afrika Selatan.  Alur pelabuhan Taichung akan memerlukan pendalaman untuk memudahkan kapal jenis capasize untuk melayani arus barang dengan cepat di negeri ini dan pelabuhan yang lain perlu di kembangkan untuk mendukung persyaratan peningkatan impor batubara. Keterlambatan telah diperkirakan dalam implementsi proyek IPP dengan Taipower sehubungan dengan struktur dari power purchase Agreement. Namun demikian proyek   Formosa Plastic Corporate Mailiao sedang diperluas dan mungkin bertambah kapasitasnya menjadi sebesar 4.200 MW .

HONGKONG
Pada tahun 1993, Hong kong mengkomsumsi 11,8 juta ton Impor batubara, dan menurun menjadi 9,1 juta ton ditahun 1995 karena menyediakan listrik nuklir dari Daya Bay Pawer Station sebesar 1.260 MW yang terletak daratan china tahun 1994.Kontribusi batubara secara umum dari total kapasitas produk listrik mengalami penurunan dengan pembangkit listrik tenaga gas yang direncanakan dialiri dengan pipa gas dari pulau Hainan kedaratan china. Dalam priode tahun 1995 sampai tahun 2002,3 unut 350 MW produksi pengkit jenis batubara menjadi pasokan penting untuk Hong kong Elictric di Lamma. Diharatan bahwa komsumsi batubara import akan berjumlah kira-kira 12,0 ju8ta ton per tahun di Hong Kong sesudah tahun 2000 sebesar 4.400 MW di sekitar propinsi Guangdong telah beroperasi sekitar tahun 2000.

PHILIPINA
 Import batubara untuk pembangkit listrik dan industri oleh philipina 0,9juta ton di tahun 1993 meningkat menjadi 1,1 juta ton di tahun 1994. pada saat ini 1,460 MW kapasitas terpasang adalah pembangkit listrik jenis batubara terdi dari NPC (National Power Corporatin) memiliki 2 x 300 MW dan 755 MW kapasitas IPP pagbilao dan Toledo.Batubar dari domestik dari semirara sebagai bahan baker 300 MW Calaca II disamping sisa import. Proyek pembangkit jenis batubara sedang dibangun  NPC sebesar MW di sual dan 200 MW di Mindanao oleh swasta direncanakan untuk beroperosi di tahun 1999.
         
Diharapkan bahwa permintaan import batubara untuk listrik dan indutri akan meningkat cepat menjadi 6,0 juta ton di tahun 1999 dan lebih banyak 9,0 juta ton di tahun 2002. Sepertinya permintaan ini akan dipenuhi oleh Indonesia dan akan dilayani dengan kapal handymax/panamax karena pembatasan di pelabuhan bongkar muat.pembangkit swasta 1,000 MW di sual akan mempunyai fasilitas bongkar muat.dan dibangun sebagai palabuhan panamax . denagn pripatisasi di tahun 1997/98 oleh NPC,semua pembangkit listrik di philipina akan berdiri sendiri. Saat ini penyediaan batubara oleh IPP mulai Power Purchase Agreement (PPA) dengan NPC, tidak seperti pasokan secara langsung ke IPP seperti di Negara lain.

THAILAND
Thailand tahun 1993 Thailand mengimpor hamper 1,0 jutan ton batubara untuk pembangkit listrik dan industri meningkat 2.332 juta ton ditahun 1995 dan berkembang dengan import lebih dari 2,9 juta ton ditahun 1996. Tahun 2002 pembangkit swasta akan menggunakan porsi besar dari batubara impor dengan kapasitas antara 2.100 MW dan 2.800 MW dan sebuah variasi dari pilihan-pilihan penanganan sedang didata ulang termasuk fasilitas pelabuhan bongkar dan floating crane sampai pengiriman ponton, disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Indonesia adalah pemasok utama batubara ke Thailand dan secara substansi perusahaan Thailand sangat aktif untuk mencari sumber-sumber batubara diIndonesia untuk mengamankan persediaan mereka dimasa mendatang.

The Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT) telah mengadaptasi sebuah pendekatan objektif untuk perkembangan proyek listrik swasta dimana hal itu akan memerlukan listrik dari IPP yang telah disetujui dalam2 tahap perkembang, di samping dari PP-Small Power Producers dengan industri dan unit pembangkit yang dapat beroperasi secara komersial secepatnya. Tahap pertama IPP berkapasitas pembangkit 4.900 MW adalah jenis PLG tetapi dalam tahap kedua sebesar 2.800 MW adalah jenis PLTU yang sebagian besar menggunakan batubara impor.

EGAT bermaksud untuk meningkatkan kapasitas pembangkit menjadi 22.000 MW ditahun 2000, termasuk 2.600 MW Mae Moh berbahan bakar batubara jenis lignite. Saat ini lebih dari 16.0 juta ton dari batubara jenis lignite dengan kadar sulfur tinggi dikonsumsi secara domestic oleh industri listrik dan semen dengan sebagian besar pengguna batubara impor. Tambahan kapasitas pelabuhan penerima sedang dipertimbangkan untuk jenis kapal Panamax dan Mahaput untuk fasilitas tambahan.


CHINA
China adalah produsen dan konsumen terbesar batubara didunia, dan produksi batubaranya sebagian besar terletak diBarat Laut dan pertumbuhan yang cepat dalam komsumsi listrik terutama terutam dalam industri dibagian Tenggara negeri ini. China mengingkatkan import bartubara dari 1.6 juta  ton ditahun 1995 ke kota-kota dibagian selatan sementara itu juga mengingkatkan ekspor dari pelabuhan dibagian Utara.
           
Para penguasa berencana untuk mengembangkan kapasitas pembangkit jenis batubara dari 100.000 MW pada tahun 1993 menjadi 230.000 MW ditahun 2002. Dengan peningkatan kapasitas ini, kira-kira 70.000 MW harus didukung oleh beroperasinya berkapasitas dibawah 300 MW.
           
Target pemerintah untuk mengekspor batubara sebesar    50.0 juta ton pertahun sesudah tahun 2000, namun secara infrastruktur tidak dapat dicapai, kemungkinan import akan mencapai paling tidak 20.0 juta ton pertahun 2002 ke propinsi-propinsi dibelahan selatan China.
           
Dalam 10 bulan terakhir pada tahun 1996 Propinsi Selatan China menurut data statistic, impor yang kebanyakan kePropinsi Selatan di China menurut data statistic,impor yang kebanyakan kepropinsi Guangdong tercatat sebanyak 2,68 juta ton. Angka ini menunjukan adanya peningkatan hampir 3 kali lipat dari tahun sebelumya. Propinsi-propinsi lainya yang  mengimpor batubara adalah Zhuhai,Shanghai,Zheijiang,Faujian dan Zhenzhen dimana import terutama berasal dari Australia dan indoesia.  Saat ini ada rencana untuk mengembangkan pelabuhan untuk jenis kapal capsize di beilun yang dapat menerima batubara untuk distribusi dan penjualan dibagian tenggara negeri ini. China sudah mengurangi pungutan impor batubara dari 12 % menjadi 6 % di bulan April 1996 untuk men-fasilitas peningkatan “import” batubara.

INDIA  
The Central Electricity Autothority (CEA) India telah memprediksi adanya penigkatan yang besar dalam konsumsi listrik dri kapasitas yang sekarang terpasang yaitu       83.000 MW dimana kira-kira 53.000 MW adalah jenis pembangkit batubara.Untuk meningkatkan dan memodernisasi pembangkit-pembangkitnya, India telah mengalihkan ke sector swasta di bawah perjanjian BOO sebesar 34.000 MW dari proposal IPP dan  8.000 MW adalah dari batubara import. 4.550 MW dari batubara import berdasarkan IPP sudah mendapatkan persetujuan CEA. Proyek pertama yang mendapatkan persetujuan CEA untuk batubara  import adalah Cogentrix dan China  Light and power yang disponsori 1000 MW Mangalore power Company dan mengkonsumsi batubara sebanyak 3,25 juta ton/tahun dengan fasilitas bongkar menggunakan floating crane.
           
Para penanaman modaldari pembangkit-pembangkit yang baru yang dekat dengan daera pasir yakin bahwa pasokan batubara ini lebi dapat di andalkan dan mempunyai kualitas lebih baik. Meskipun India mempunyai sumber batubara yang besar namun berkualitas sangat bervariasi dengan kedar abu yang tinggi yang terleytak di Timur laut dari negri ini dan jauh dari pusat konsumsi. Tambang nasional dan peraturan regional.politik dan masalah keamanan akan membawa pengaruh negatif dari proyeksi pertumbuhan produksi listrik oleh CEA.  Namun, diperkirakan bahwa permintaan batubara import akan meningkat di masa mendatang. jumlah dari batubara import untuk pembangkit listrik dan penggunaan industri dapat mencapai 30.0 juta ton pada tahun 2002  dikarenakan adanya pengurangan bea import dari 35% menjadi 20%.penambahan potensi dari import batubara untuk listrik dan industri pada tahun 1995 dengan total 1,2 juta ton batubara untuk kebutuhan listrik berasal dari Indonesia, Australia dan Afrika Selatan Untuk memenuhi peningkatan permintaan  untuk batubara bagi kebutuhan listrik dan industri harus diimbangi dangan pebngunan pelabuhan dan fasilitas bongkar muatnya. Ketidak lancaran akan selalu ada karena kapasitas pelabuhan sekarang  terbatas untuk kapal ukuran handimax disebabkan keterbatasan daya muat. Poroposal sekarang sedang di kaji ulang untuk pembangunan kapasitas pelabuhan curah yang lebih besar di gopalpur, Orissa dan Goa dengan rencana pembangunan untuk tahun 2000 yang terbukti tidak tercapai karena panjangnya proses pengambilan keputusan di India.
           
Tabel berikut menggambarkan pertumbuhan permintaan yang potensial untuk import batubara untuk pembangkit Listrik oleh Negara-negara Asia, hampir meningkat 2 kali lipat selama 6 tahun antara tahun 1993 dan 1999.


Tabel Perbandingan Kualitas Batubara Kalimantan
Company
TM % (adb)
VM % (adb)
AC % (adb)
TS % (adb)
HGI
Calorific Value
Arutmin, Senakin
Multi Harapan Tanito Harum
Barau Coal
Mandiri/Sesayap
4.0
10.0
16.0
12.7
39.5
40.0
37.0
35.9
15.0
5.0
3.2
4.6
0.7
0.8
0.9
0.8
40
47
52
47
6,300
6,350
5,700
6,200
Sumber : Kantor Dinas Pertambangan Kab. Kutai kartanegara
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar